Kita sudah mengenal dua jenis enkripsi; simetris dan asimetris. Namun, apakah algoritma kriptografi yang dipakai keduanya sama persis?
Ada banyak macam algoritma kriptografi yang digunakan dari masa ke masa, salah satunya adalah RSA dan ECC yang saat ini masih digunakan pada SSL/TLS. Anda perlu mengetahui kembali seperti apa algoritma itu untuk memenuhi kebutuhan enkripsi yang tepat.
Triple DES – singkatan dari Data Encryption Standard yang menerapkan algoritma cipher blok tiga Kali untuk semua blok data secara individual. Maksudnya algoritma DES ini menggunaka 3 kunci tunggal sebesar 56 bit masing-masing. Total panjangan kunci menjadi 168 bit,namun para ahli beragumen jika 112 adalah kekuatan yang terbaik untuk digunakan (2 kunci (56-bit*2)). Walaupun perlahan mulai ditinggalkan, Triple DES masih mengatur untuk solusi enkripsi hardware yang dapat diandalkan bagi pelayanan finansial ataup industri lainnya.
DSA – atau Digital Signature Algorithm, diusul paada 1991 oleh National Institute of Standard Technology (NIST) dan diadopsi oleh FIPS pada 1993. Sejak saat itu DSA telah mengalami empat kali revisi.
Pada waktu DSA membuat segalanya menjadi lebih mudah dengan mengikuti standar pemerintahan selagi didukung oleh agensi FISP – termasuk pemindahan panjang kunci menjadi 2048 bit di masa mendatang. Pengguna bisa menjalankan DSA dan RSA bersamaan untuk menambah keamanan. Tentunya ini akan memberikan manfaat pada bisnis untuk memaksimalkan ekosistem mereka agar tetap koresponded.
AES – kependekan dari Advanced Encryption Standard yang dipublis oleh NIST pada awal 2001. Algoritma ini menggunakan plaintext melalui beberapa tahapan transformasi yang ditetapkan oleh ukuran kunci, masing-masing tahapan terdiri dari beberapa proses.
Sebagai salah satu algoritma yang diterima dengan standar pemerintah Amerika, AES sangat efisien dalam bentuk 128 bit. Karena kecilnya kunci dan rendahnya kapabilitas dari DES, pengganti sangat dibutuhkan saat itu dan memberikan pengembangan terhadap AES yang 6 kali lebih cepat. Algoritma ini menggunakan single key untuk mengenkripsi dan dekripsi, sehingga kedua pengirim dan penerima memiliki kunci yang sama.
RSA – ditemukan oleh Ron Rivest, Adi Shamir, dan Leonard Adleman pada 1977 sebagai algoritma untuk kriptografi yang masih digunakan hingga saat ini. Algoritma ini menggunakan faktorisasi bilangan prima untuk menyandikan plaintext.
Tidak seperti DES, RSA ini dianggap sebagai algoritma kriptografi asimetris karena menggunakan sepasang kunci. Ada public key yang digunakan untuk mengenkrip data dan private key untuk mendekripnya kembali. Hasil menggunakan algoritma enkripsi SHA adalah sejumlah cipher text yang besar sehingga membuat attacker memerlukan waktu.
ECC – atau Elliptic Curve Cryptography yang mengandalkan struktur aljabar dari lengkungan elips terhadap bidang yang terbatas. Algoritma ini menjanjikan keamanan yang kuat dengan ukuran kunci yang kecil.
Misal, 256 bit kunci ECC sama kuat dengan keamanan kunci RSA 3,072 bit.
Ukuran kunci yang keci tidak memerlukan daya komputing yang besar, memberikan kecepatan, koneksi yang aman seperti pada penggunaan smartphone dan tablet. Dan walaupun ECC sudah ada sejak 1985, algoritma ini hanya digunakan sejak 2004. ECC mempunyai kelebihan yang berbeda dengan RSA dan kemungkinan akan bermain sebagai peran utama dalam industri SSL/TLS di masa mendatang.
| Minimum Size of Public Keys (Bit) | Key Size Ratio |
| Security (Bit) | DSA/RSA | ECC | ECC to RSA/DSA | Valid |
| 80 | 1024 | 160-223 | 1:6 | Sampai 2010 |
| 112 | 2048 | 224-255 | 1:9 | Sampai 2030 |
| 128 | 3072 | 256-383 | 1:12 | Di atas 2031 |
| 192 | 7680 | 384-511 | 1:20 | |
| 256 | 15360 | >512 | 1:30 |
